Monday, March 20, 2006

Syukur

Berangkat kerja, seperti biasa naik metromini S75 jurusan Blok M-Pasar Minggu. Naik di depan Trans TV. Kira-kira sampe perempatan Mampang Prapatan, ada dua orang pengamen naik. Wajahnya lumayan bersih. Gak seperti pengamen yang biasanya gue temui, lusuh. Salah seorang pengamen, rambutnya agak sedikit gondrong, memainkan rebana yang ada kecrekannya (aduh, istilah Indonesianya apa ya alat musik ini). Yang satunya lagi, pake gitar.

Mereka mulai mengamen dengan mengucapkan assalamualaikum. Gue sih dah rada-rada cuek (belakangan ini, karena neraca keuangan yang gak berimbang, gue terpaksa acuh terhadap pengamen). Tapi, ketika mereka mulai nyanyi, barulah gue sedikit terhenyak. Ternyata mereka memainkan nasyid. Suaranya lumayan merdu. Bahkan, gue malah merinding dengerinnya.

Bagaimana tidak ? Untuk nasyid sendiri, dah lama gak gue denger lagi. Gak tau ya kenapa? Tapi yang jelas sih, di kantor gue (meskipun mayoritas muslim), yang punya cd atau mp3 nasyid memang gak ada. Ya, jadi gue gak pernah denger lagi.

Yang kedua, syairnya menyentuh banget. Temanya soal syukur. Asli, syair ini mengena banget ke dalam keseharian hidup gue. Gue harus akui, sifat ini memang belakangan memudar pada diri gue. Banyak sebab sih. Tapi, kayaknya gak usahlah gue ungkapin satu persatu.

Ya Allah, betapa hamba-Mu ini terlalu sibuk dengan urusan dunia.
Ya Allah, ingatkanlah hamba-Mu ini agar selalu bersykur, baik dalam keadan suka maupun duka.

 
Blog Design By: BlogSpot Templates