Sunday, July 30, 2006

Qana dan Episode Panjang Kebiadaban Israel

34 anak dan 12 perempuan dewasa.
Mereka tak berdosa.
Tapi harus meregang nyawa.
Oleh serangan membabi buta.
Dari sebuah negara yang mengaku bangsa pilihan.

Minggu, 30 Juli mungkin adalah hari paling naas bagi warga desa Qana di Lebanon Selatan. Mereka dibombardir oleh serangan udara Israel dengan menggunakan bom-bom canggih. Sudah bisa diduga. Warga sipil pun menjadi korban. Dan lagi-lagi, sepanjang satu bulan terakhir agresi militer keji bangsa Israel terhadap Lebanon, warga sipil yang menjadi korban. Padahal, dengan menjadikan sipil sebagai sasaran perang merupakan pelanggaran keras terhadap Konvensi Jenewa dan jelas melanggar hukum internasional.

Di manakah dunia ini? Seperti biasa. Sunyi senyap seperti tidak tahu (atau pura-pura tidak tahun) terhadap apa yang sedang terjadi di Palestina dan Lebanon.

Meski PBB telah kehilangan 4 pengamatnya, tapi organisasi ini tetap saja tidak berkutik. Memang, organisasi ini telah menjadi banci.

Amerika Serikat? Seperti biasa. Tetap mendukung Israel. Bagaimanapun juga Ehud Olmert adalah anjing pudel George W Bush.

Negara Barat lain? Mengecam malu-malu dan bersikap memalukan sambil tetap menyalahkan gerilyawan Hezbollah.

Organisasi Islam? Tidak punya gaung. Negara-negara Arab? Sudah disumpel Amerika Serikat.

Indonesia? Sejauh ini selalu berkomentar mengecam namun tetap sibuk dengan urusannya sendiri.

Sejatinya, pembantaian warga sipil di Qana hanya sebuah episode kecil dari bangsa Israel untuk terus melakukan serangan terhadap bangsa Lebanon. Dan itu menjadi pintu masuk untuk melakukan serangan besar lainnya.

Episode kejahatan itu tampaknya akan terus berlangsung.

PPD, Nasibmu Kini

Kembali, hari ini (Senin, 31/7) bis PPD melakukan mogok massal. Sebagai penglaju yang setiap hari menggunakan jasa PPD, tentu saya sangat dirugikan. Rugi karena terlambat datang ke kantor, rugi karena terlalu lama menunggu dan rugi karena beban ongkos meningkat akibat memakai kendaraan lain lebih dari sekali.

Mogok massal PPD kali ini adalah untuk yang kesekian kalinya. Persoalnya yang memicu mogok awak PPD pun dari dulu itu-itu saja. Mulai dari salah urus perusahaan sampai gaji yang belum dibayarkan kepada para awak itu.

Mengenaskan memang. Sebab, awak PPD itu rata-rata sudah berkeluarga. Bagaimana mereka bisa membahagiakan keluarganya kalau gaji mereka selama 8 bulan belum dibayarkan. Dampak dari belum dibayarkannya gaji para awak PPD itu sangat luas. Mulai dari terlantarnya anak-anak karyawan PPD yang bersekolah karena belum membayar uang sekolah hingga gugatan para istri yang minta cerai karena sudah lama tidak diberi nafkah lahir.

Persoalan PPD kelihatannya memang pelik. Tapi, inti permasalahan itu datangnya dari internal PPD itu sendiri. Yang sering terungkap keluar adalah mismanajeman perusahaan hingga korupsi dikalangan petinggi PPD.

Padahal, sejatinya PPD itu perusahaan angkutan besar yang menjadi harapan masyarakat banyak. Bayangkan saja, saat ini mereka mengelola sekitar 350 unit mobil dengan trayek-trayek gemuk. Namun sayangnya, potensi pemasukan yang besar itu dibiarkan menguap karena salah kelola. Belum lagi angkutan 50 persennya tidak layak jalan dan pungli dalam berbagai tingkatannya yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi.

Apa yang terjadi dalam tubuh PPD yang dari tahun ke tahun selalu berulang adalah juga gambaran pengelolaan Ibu Kota negara ini. Semrawut dan kurang memberi prioritas pada kepentingan umum.

Seharusnya, untuk PPD yang sangat vital itu, pengelolaanya haruslah profesional. Siapa yang berhak mengelolanya? Siapa saja. Bisa Pemda DKI Jakarta, swasta atau siapa saja. Namun, dengan syarat mereka harus punya komitmen terhadap kepentingan umum. PPD pun harus bisa menangguk keuntungan untuk kesejahtaraan karyawannya.

Wednesday, July 19, 2006

Memaknai Perkawinan

Perkawinan adalah sebuah lembaga sakral. Ia hadir sebagai manifestasi dari keinginan dua insan untuk menciptakan ikatan keluarga yang suci.

Sejatinya, makna perkawinan bukan hanya sebagai urusan privat kedua pasangan, tetapi juga makna sosial sekaligus. Kedua makna ini tentu harus bersinergi satu sama lain.

Islam, dengan jelas mensyariatkan perkawinan. Tujuannya, antara lain untuk membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang telah menurunkan dan meninabobokan martabat manusia yang luhur. Islam memandang perkawinan dan pembentukan keluarga sebagai sarana efektif untuk memelihara pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan. Dengan demikian, Islam memandang perkawinan sebagai lembaga yang sarat makna.

Namun, belakangan kita saksikan makna perkawinan yang fitrah ini sudah mulai luntur pada keluarga-keluarga Indonesia.

Contoh konkretnya bisa ditemui dengan semakin banyaknya perceraian. Bahkan, terkadang perceraian itu dipicu oleh hal-hal yang sepele. Yang juga semakin marak belakangan adalah perselingkuhan, baik oleh suami maupun oleh sang istri. Perselingkuhan, apapun bentuknya, adalah noda dari sebuah perkawinan yang bisa memicu perceraian.

Berbicara perkawinan, saya ingat tanggal ini (20/7), tiga tahun lalu. Saat itu adalah peristiwa yang sangat istimewa buat saya, ketika saya mengikat janji dengan seorang perempuan bernama Yazzimatul Musyarofah, untuk hidup setia membangun keluarga yang sakinah. Ya, dia sekarang menjadi istri saya dan ibu dari Rifa, buah cinta kami yang sangat kami sayangi.

Hari ini juga merupakan ulang tahun istri saya yang ke-28. Selamat ulang tahun Mama Eci. Semoga Allah selalu memberi perlindungan kepada kita. Semoga Allah selalu memberi kemudahan kepada kita. Dan juga doa yang selalu kita panjatkan bersama, semoga Allah memberi kesembuhan kepada putri kita. Amin.

Aceh,Nias,Jogja,Jawa Barat, Lalu...

Sepertinya, bencana tidak mau lepas dari negeri ini. Bagaimana tidak? Mulai dari Aceh dipenghujung 2004 lalu, bencana alam itu datang secara beruntun. Kita bahkan belum sempat istirahat sejenak, sudah ada bencana lain yang menyusul. Itu belum termasuk bencana kategori lokal semisal banjir bandang atau tanah longsor. Negeri berselimut bencana tampaknya menjadi julukan yang pas buat bangsa ini.

Lantas, apakah kita harus tinggal diam, berpangku tangan dan menantikan bencana berikutnya? Jelas tidak.

Meskipun bencana alam seperti gempa bumi tidak bisa diprediksi, kita harus tetap bisa mengantisipasinya. Antisipasi dalam arti meminimalisir dampak yang timbulkan oleh bencana tersebut. Cara ini adalah satu-satunya jalan ketika kita berhadapan dengan teknologi yang masih minim dan sumber daya manusia yang masih terbatas untuk bisa memprediksi sebuah bencana.

Meski demikian, cara tersebut adalah untuk bencana-bencana khusus semisal gempa bumi atau gelombang tsunami. Sementara untuk bencana alam lain semisal banjir bandang atau tanah longsor, jawabanya ada pada manusia Indonesia itu sendiri. Sudahkah kita arif dengan alam? Sudahkan kita bersahabat dengan alam? Sebab, kalau kita mau bijak dengan pengelolaan alam kita, banjir atau tanah longsor itu niscaya tidak akan datang.

Bukti-bukti selama ini sudah jelas. Banjir dan longsor yang terjadi biasanya karena lingkungan alam sekitar rusak oleh tangan-tangan manusia itu sendiri.

Kembali ke gempa bumi atau tsunami, terutama untuk bencana tsunami beberapa hari lalu di Pangandaran, BBC menulis bahwa musibah itu terjadi karena sistem peringatan dini tsunami Indonesia tidak siap mengantisipasi datangnya bencana.

Penyebabnya, tidak lain karena teknologi yang ada di Indonesia belum mendukung sistem peringatan dini. Akhirnya, tsunami yang datang beberapa menit setelah gempa bumi yang berpusat di Pantai Selatan Jawa itu tidak berhasil diantisipasi. Hasilnya kita semua sudah tahu. Bencana kemanusiaan kembali melanda Indonesia.

Lebih dari itu, sudah seharusnya kita mengambil pelajaran dari kejadian ini supaya di masa datang kejadian serupa bisa diminimalisir.

Monday, July 17, 2006

Israel, Bangsa Agresor

Hanya karena tiga orang tentaranya--dua oleh Hezbollah dan satu oleh militan Palestina--diculik, Israel melakukan serangan membabi buta.

Serangan, atau lebih tepatnya agresi lebih dulu ditujukan kepada bangsa Palestina. Akibat agresi ini tentu saja mengakibatkan korban berjatuhan di kalangan sipil Palestina. Tidak cukup dengan warga sipil, Israel pun menahan beberapa petinggi Hamas, partai yang berkuasa saat ini di Palestina.

Alasan Israel menyerang Palestina cuma satu. Yakni agar militan Palestina segera membebaskan prajurit Israel yang ditahan.

Saya pikir--dan juga mungkin kebanyakan muslim di Indonesia dan seluruh dunia--alasan yang dikemukakan Israel itu mengada-ada. Penculikan itu hanyalah pintu masuk bagi Israel melakukan agresi militernya terhadap bangsa Palestina.

Tanpa penculikan itu pun, Israel telah melakukan intimidasi dan agresi terhadap masyarakat Palestina. Bukti-bukti nyatanya sudah banyak. Dan seperti biasa, pelindung Israel--siapa lagi kalau bukan Amerika Serikat--melakukan pembelaan mati-matian terhadap Israel. Palestina yang diserang, tapi Israel yang dibela. Sungguh sangat ironis dan kontradiktif. Sejatinya, tidak akan ada perdamaian abadi di Timur Tengah selama masih ada bangsa yang bernama Israel dan standar ganda Amerika Serikat.

Israel, sejak awal memang tidak senang dengan pemerintahan Hamas saat ini. Dan sudah sejak lama bangsa zionis ini berusaha melumpuhkan Hamas. Banyak upaya yang dilakukan Israel untuk melenyapkan Hamas. Diantaranya dengan pembunuhan keji terhadap pemimpin spiritual Hamas, Syech Ahmad Yassin melaui serangan udara membabi buta.

Usai Syech Ahmad Yassin berhasil dilumat, penggantinya, Abdul Aziz Rantissi pun dibunuh secara keji. Dan apa komentar komentar dunia barat terhadap kedua pembunuhan yang jelas-jelas melanggar HAM itu? Tidak ada. Barat, terutama Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya yang selalu mengagungkan HAM itu kenyatanya adalah negara pelanggar HAM.

Tidak puas dengan agresi ke Palestina, beberapa hari lalu Israel dengan segala kekuatan militernya menggempur habis-habisan Lebanon, negara di mana gerakan Hezbollah diakui eksistensinya.

Sekali lagi, dalam serangan Israel ini warga sipil yang menjadi korban. Dan negara-negara Barat pun seakan kelu menghadapi agresi Israel ini. Bukannya mendesak Israel untuk menghentikan agresinya, negara barat melalui sang komandan, George Bush malah membela Israel dan mengutuk umat Islam yang mereka representasikan sebagai kaum ekstremis.

Apa yang harus kita perbuat? Tidak ada jalan lain, kecuali umat Islam harus bersatu untuk melawan Israel. Allahuakbar.

Friday, July 14, 2006

Keranjingan Blog

Setelah mengenal blog, teman saya yang satu ini jadi narsis abis. Tiap hari promosi blog-nya melalui mesenger list teman saya yang lain lagi. Promosinya bisa apa saja. Mulai dari postingan baru sampai buku-bukunya. Tentu saja hal ini sah-sah saja. Sejatinya, blog juga bisa menjadi media pemasaran yang efektif.

Kenarsisan teman saya ini terutama dalam hal peringkat blog. Dia selalu membanggakan kenaikan peringkat blognya di blog indonesia serta jumlah kunjungan melalui hit counter.

Teman saya ini lupa, bahwa metode pemeringkatan blog tidak serta-merta seperti itu. Ada metode lain dalam sistem pemeringkatan blog. Misalnya saja melalui peringkat technorati . Tapi sayangnya, teman saya satu ini bahkan tidak paham apa technorati itu.

Metode pemeringkatan lainnya, seperti yang ditulis Priyadi adalah dengan database technorati, yakni melalui jumlah taut- taut dari blog lain,jumlah blog lain yang membuat taut dan peringkat blog tersebut dalam database Technorati.

Kalau misalnya dalam setiap membuat tulisan kita tidak pernah tahu apa itu taut dan tidak pernah membuat taut, mana mungkin kita bisa mengabsahkan diri untuk berbangga dengan peringkat blog yang kita buat.

Selain itu, hal lain yang juga mempengaruhi peringkat, seperti yang tulis Priyadi, adalah Google Pagerank, jumlah situs yang memberi taut, banyaknya pengunjung, jumlah pelanggan sindikasi, jumlah tulisan dan kualitas per tulisan.

Tulisan ini semoga memberi pencerahan buat teman saya, bahwa peringkat sebuah blog tidaklah sesederhana yang dia bayangkan.

Lebih dari itu, saya ucapkan selamat kepada teman saya yang sudah berhasil membuat blognya dikenal banyak orang, meskipun dia masih malas untuk memberi taut ke blog lain.

Wednesday, July 12, 2006

Palembang

Untuk tujuan dinas, pekan lalu saya mengunjungi kota Palembang. Kota yang terkenal dengan pempek dan jembatan Ampera-nya ini baru saja memperingati hari jadinya yang ke-1323.

Palembang memang kota yang sudah sangat tua. Bahkan, mengalahkan beberapa kota bersejarah lainnya di dunia, semisal Baghdad atau Kyoto. Sementara untuk ukuran Indonesia, Palembang hanya kalah dari Kutai di Kalimantan Timur.

Semenjak menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional tahun 2004 lalu, banyak perubahan terjadi di kota yang dibelah oleh Sungai Musi ini. Perkembangannya sangat pesat. Bisa dikatakan, kota yang berpenduduk sekitar 1,5 juta jiwa ini sedang berbenah untuk menjadi kota metropolitan baru. Kota ini sedang berpacu untuk mensejajarkan diri dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia.

Tengok saja apa yang terjadi di Palembang saat ini. Pembangun infrastruktur kota terjadi di mana-mana. Ruko-ruko menyesaki semua sisi kota. Mal-mal dan pusat perbelanjaan baru dibangun. Hotel-hotel megah siap menyambut kedatangan wisatawan.

Tentu saja, pembangunan Palembang yang pesat itu kita harapkan tidak meninggalkan sisi kesejarahan Palembang. Dan pastinya, Palembang harus belajar dari kota-kota lain di Indonesia untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Sebab, pembangunan tanpa pembelajaran biasanya hanya meninggalkan permasalahan baru. Semoga saja.

Tuesday, July 04, 2006

Being 30

Hari ini, 30 tahun lalu, lahirlah seorang bayi bernama Muhamad Isnaini.

Sekarang, bayi itu telah menjelma menjadi seorang Isnaini dewasa.

Di usia 30 tahun ini, gue pikir sudah banyak yang gue rai. Tapi itu semua tentunya tidak lepas dari orang-orang yang selalu mendukung gue. Yesi, istri yang baik dan selalu ngingetin di saat-saat kita dalam kesusahan. Rifa, anak gue yang selalu bikin kangen, dukungan mertua yang baik dan kedua orang tua yang selalu mendukung. Juga tak kalah pentingnya dukungan dari Veni dan Cia. Semoga Allah selalu memberi perlindungan kepada mereka semua. Amin.

Lebih dari itu, di hari yang bahagia ini, gue berharap dan berdoa kepada Allah :
1. Berikanlah kesembuhan kepada Rifa
2. Mudahkanlah segala urusan kami
3. Berikanlah kami keselamatan di dunia dan akhirat. Amin.

Monday, July 03, 2006

Galian Kabel PLN

Tulisan ini merupakan bentuk keprihatinan terhadap PT. PLN, yang tidak saja belum bisa menyehatkan dirinya, tetapi juga menggangu kepentingan umum dengan kemacetan arus lalu lintas yang dibuatnya.

Sudah sekitar 3 minggu ini, sepanjang Jalan Mampang Prapatan Raya, mulai dari perempatan Tendean sampai Toko Roti Seven Grain atau sekitar 1 kilometer lebih, PLN sedang membuat proyek besar. Namanya galian kabel serat optik.

Terus terang, sebagai seorang karyawan yang berkantor di daerah Mampang dan setiap harinya lewat situ, saya merasa terganggu. Apalagi kalau bukan kemacetan yang ditimbulkan dan debu tanah.

Dalam kasus ini, PLN memang menggali jalan agak lebar dan dalam. Otomatis, ruas jalan pun menyempit. Tak pelak lagi, setiap jam sibuk kemacetan di ruas jalan Mampang Prapatan Raya tak terhindarkan lagi.

Saya hanya berharap agar proyek tersebut bisa cepat selesai. Tapi yang menjadi masalah adalah, biasanya setelah selesai pekerjaan, PLN menutupnya tidak sempurna. Akhirnya, jalan pun menjadi rusak yang berakit pada munculnya kembali kemacetan. Ini sudah terbukti di beberapa ruas jalan, di mana terdapat bekas lubang galian PLN.Seharusnya setelah proyek selesai baik PLN sebagai yang berkepentingan maupun kontraktor galian memeriksa, apakah galian sudah dikembalikan dengan baik atau belum. Ini tentu menjadi pelajaran buat PLN.

 
Blog Design By: BlogSpot Templates