Tuesday, May 02, 2006

Di Rawat Lagi

Sudah 2 hari Rifa dirawat lagi di RSAB Harapan Kita. Selasa ini, rencananya bisa pulang. Sudah sekitar 250 cc darah yang masuk.

Kemarin, ketika ada kunjungan, dokter yang merawat Rifa, yakni Dr. FX. Koesriyati, SpA, menyarankan agar dilakukan uji transferin buat Rifa. Hal ini juga pernah diutarakan Dr. Djajadiman Gatot, SPA(K)--juga dokter Rifa di RSCM--beberapa waktu lalu ketika pemberian EPO tidak menujukan hasil.

Saya sendiri sudah pernah mengusulkan hal itu, jauh hari sebelumnya.Tapi dokter Djajadiman mengatakan uji transferin belum perlu dilakukan. Belakangan dia mulai melunak. Ini berarti peluang penyembuhan Rifa masih besar.

Seperti beberapa kali perawatan sebelumnya, Rifa kali ini juga dirawat diruang Gambir. Maklumlah. Pundi-pundi makin menipis. Tapi, meski di kelas III, tapi perawatannya oke punya. Para perawatnya sangat peduli, tidak cuma dengan Rifa, tapi juga dengan pasien lain yang satu kamar dengannya.

Teman sekamar Rifa, seperti biasa, lumayan banyak. Dalam satu ruangan ada 5 pasien dari kapasitas 6 tempat tidur. Kemarin, si Maulana yang menderita leukemia itu sudah boleh pulang ke rumah. Tapi, masih ada Alif, lebih muda 3 bulan usianya dari Rifa yang terkena ALL (Accute Limfoblastic Leukemia). Juga ada Naufal, penderita thalassemia yang kebetulan semalam sudah pulang. Juga ada Dyandra, bayi yang baru berumur 3 bulan dan menderita infeksi saluran kemih. Terus Putri yang berusia 5,3 tahun dan menderita accoustic schwannoma.

Di kamar sebelah Rifa, kebetulan cuma ada dua orang pasien. Satu berumur sekitar 5 tahun, menderita gizi buruk. Dan satu lagi bernama Adelia, berumur sekitar 7 bulan menderita hepatomegali.

Memang, ada cerita tersendiri kalau Rifa dirawat di kelas III--sebelum-sebelumnya sih saya masih sanggup merawat Rifa di kelas II. Yakni kemajemukan pasiennya. Mulai dari yang mampu sekali, mampu tapi pas pasan, pasien yang tadinya mampu tapi kemudian mengurus JPS Gakin (Jaring Pengaman Sosial Keluarga Miskin) atau Askeskin karena penyakit yang diderita anaknya sangat berat dan membutuhkan biaya yang sangat banyak. Contoh kasus ini biasanya dialami orang tua yang anaknya menderita leukemia, yang memang membutuhkan pengobatan jangka panjang serta harga-harga obatnya yang mahal. Ada juga pasien yang memang berasal dari keluarga tidak mampu. Saya sendiri bersyukur kepada Allah, karena sampai saat ini masih bisa membiayai perawatan anak dan tidak pernah berhutang ke pihak rumah sakit. Alhamdulillah.

Kembali ke teman-teman sekamar Rifa, ada satu pasien yang kondisinya cukup parah. Yakni Putri yang menderita acosutic schwannoma. harus saya akui, selama mengurus orang sakit--entah bapak, anak atau almarhum mertua--baru kali ini saya mendengar penyakit yang bernama acoustic schwannoma itu.

Kondisi Putri memang sangat menyedihkan. Badannya kurus. Satu matanya sudah tidak bisa melihat karena digerogoti tumor. Dan kakinya tidak bisa digerakkan. Padahal, anak ini, tutur ibunya, sebelum sakit sangat riang. Yang namanya musibah (atau takdir) kan tidak ada yang tahu. Semalam, Putri dipindahkan ke ruang isolasi untuk memudahkan perawatan. Semoga cepat sembuh ya Put.

Harus kita sadari, bahwa sakit memang bukan kemauan kita. Jalan terbaik adalah menjaga kesehatan kita. Jaga sehat kita sebelum sakit kita. Kira-kira itulah kalimat yang pas buat memacu kita untuk tetap hidup sehat. Semoga.

 
Blog Design By: BlogSpot Templates