Wednesday, May 10, 2006

Mahmoud Ahmadinejad

Seorang teman, kebetulan wartawan yang sering mangkal di kompleks DPR-MPR, kemarin (10/5) sempat bertemu dengan presiden Iran yang kini menjadi sorotan dunia, Mahmoud Ahmadinejad.

Memang, kemarin mantan walikota Teheran yang sederhana ini melakukan pertemuan dengan ketua MPR, Hidayat Nurwahid.

Betapa bahagianya teman saya ini. Kesan yang muncul dari teman saya itu, Ahmadinejad seorang yang ramah dan murah senyum. "Walaupun masih tetap lebih tinggi saya," katanya sambil berkelakar.

Harus diakui, pemimpin negara dengan 68 juta penduduk ini adalah sosok yang tegas. Ketegasannya itu terutama berkaitan dengan penetangannya terhadap hegemoni Amerika Serikat, Israel dan negara-negara Barat terhadap program nuklir Iran. Berulang kali Ahmadinejad mengatakan bahwa program nuklir Iran dibuat untuk tujuan damai. Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono pun mendukung program nuklir tersebut. Cuma masalahnya, Si Abang Sam dan juga antek-anteknya tidak percaya akan hal itu. Amerika dan anjing-anjing pudelnya tetap ngotot bahwa program nuklir Iran membahayakan dunia dan merupakan ancaman.

Ancaman ? Ancaman bagi siapa ? Sepertinya tidak ada ancaman bagi dunia ini kecuali bagi mereka yang hatinya hasud (negera-negara Barat)

Sejatinya, karakter bangsa yang arogan (terutama si George Bush) adalah takut dengan kemajuan yang diraih bangsa lain. Begitu juga dengan program nuklir Iran. Amerika Serikat takut kalau Iran nantinya lebih maju dari Amerika. Amerika takut kalau nanti Iran akan menyerang Israel. Sebuah ketakukan yang tidak berdasar dan tentunya dibuat oleh mereka sendiri.

Ketakutan Amerika Serikat dan sekutunya itu, sekali lagi, menujukan standar ganda Barat. Mereka tidak ingin negara muslim menjadi maju. Apalagi kalau negara muslim itu tidak mau bekerja sama dengan mereka. Contoh konkret hal ini adalah Pakistan. Karena Pakistan--jelas-jelas negara ini membuat program nuklir untuk tujuan pertahanan, karena perasaingannya dengan India--mau bekerjsa sama dengan Amerika, program nuklirnya tokh didiamkan saja. Sementara Iran tidak sama sekali. Hal yang sama juga berlaku bagi Israel, yang juga punya program nuklir tersembunyi tapi tidak diutak-atik sama sekali oleh Amerika, PBB, Uni Eropa dan IAEA.

Tapi untunglah, dalam kasus nuklir Iran ini ada China dan Rusia yang menyelesaikannya dengan cara damai. Beda dengan Amerika Serikat--terutama Bush dengan nafsu angkara murkanya--yang menginginkan peperangan.

Terlepas dari itu, bagaimanapun juga, nuklir adalah teknologi masa depan. Dan hak setiap negara untuk mengembangkannya, apalagi jika bertujuan damai. Tidak terkecuali bangsa Iran.

 
Blog Design By: BlogSpot Templates